-2006 –
Setetes rindu perlahan mengembang
Menciptakan percikan ilusi dari kilatan waktu
Jika saja rindu adalah sesuatu yang bisa kugenggam
Rasa itu akan kulepaskan
Dan perlahan kubiarkan rasa itu melebur
-goresan jiwa-
-july, 2010-
Kekosongan waktu membunuh…
Membuat ilusi
Menyeruak liar
Dari rimbunnya metafora
-goresan jiwa-
-2007-
Coba saja selami jiwaku
Kau tak kan temukan suatu dasar maupun akhir
Samudera hatiku terus bergolak
Arus egoku terus meluap
Coba saja kau tengok hatiku
Yang ada hanya sebuah padang luas tanpa batas
Gerimis rintik yang sering basahinya
Bahkan tak cukup munculkan pelangi
Apalagi mencipta sebuah taman ?
-goresan jiwa-
Curahkan hujan mutiara langit Sardib
Dan luapkan sumur-sumur takruratibra
A.K.U
Jika aku masih hidup tak kehabisan makanan
Dan jika aku mati tak kehabisan kuburan
Ambisiku adalah ambisi para raja
Dan jiwaku jiwa yang merdeka
Jika aku tak puas dengan makanan selama hidupku
Maka mengapa aku datang menemui Zaid dan Umar?
-Imam Syafi`i-
Aku tak tau darimana aku datang
Tapi aku datang
Kulihat jejak-jejak membentuk jalan
Maka aku pun berjalan
-Elya Abu Madhiey-

Slalu
Aku
Sakiti
Kamu
Hingga
Waktu
Merampasmu
Dariku
-2009-
-2007-
Kucium jejakmu dalam gerimis malam
Dalam kabut yang menggantung
Tebal dan jauh
Adakah hadirmu kuharap?
Atau ingin kuenyah dalam sekejap?
-goresan jiwa-
-May, 2010-
Sesungguhnya aku hanya ingin berteriak
Sebait makna tolong yang lebih tak biasa
Memberitahukan impian yang lama terkubur
Yang karnanya mimpi ini kau buat hancur
...Hatiku hampa…
-goresan jiwa-
-2010-
Jalanan memanjang tapi yang kulihat hanya
Jejak-jejakmu yang membelah kenyataan
Halusinasi berlarian memberi sambutan
Membiusku dalam derasnya de javu
-goresan jiwa-
Maka,
Aku ingin bersajak lagi
Untukmu
Meledaknya keharuan
Agar kau tau
Betapa akupun hanyut
Dalam simbah airmatamu..
Ada hujan…
Diseluruhnya musim
Lalu meluapnya banjir hitam
Menyeret harapan-harapan yang
Bunga
Untuk dihempasnya ke tengah samudera
Aku,
Ingin bersajak lagi untukmu
Menjaring kesadaran kembali
Dari alir deras
Air matamu
-amorphous-
Sebaris angin dini hari
Mengetuk-ngetuk
Tertutup jendela kamar
Memaklumnya gaung masjid
Agar insan lena
Terjaga
Angin itu…
Layaknya puisi
Menyusupkan getar lambatnya dalam dada
Hingga ia bak dibakar keharuan gaib
Untuk tak biarkan daun-daun usia
Terus saja berluruhan
Dalam mimpi…
Dan sia-sia !!!
-amorphous-
Aku kirimimu kata-kata
Ketika kerinduan pecah dalam dada
Karena kini, aku terus saja sangsi
Pada janji-janji cuaca,
Tak pasti
Acapkali aku saksikan
Ledakan-ledakan, membumbungnya asap hitam
Jalanan, menghamburkan batu-batu kebencian
Dan mata penuh kilat amarah itu,
Masih saja, kutanyakan kabarmu
Dan, selalu begitu…
Karna kini, hidup perlahan kehilangan,
Cahaya !!!
-amorphous-
Aku menyaksikan…
Malam menyungkupi bola mata
Dengan jubah hitam…
Di langit, bintang saling sendiri
Pepohonan pun lelap
Dan…serangga bernyanyi
Mengaji sunyi…
Sedang…di laut, para perahu nelayan
Berlinangan cahaya
Dan ombak-ombak saling merapat ke pantai
Aku menyaksikan
Semuanya
Pun terus terhanyut
Di arus panjang kodrat-Nya
-amorphous-
Sesaat,
Kuingin rasai nafas
Panjang pahlawan
Yang relakan darah
Berceceran, membentuk jejak-jejak
Perusuh yang lari…
Sesaat,
Ku ingin marahi jiwa-jiwa
Perusuh
Yang onarkan negeri
Meski sesaat
Ku ingin selalu berlenakan
Cahaya dan sirnakan
Pekat di seluruh pelosok negeri
Lalu, selamanya
Ku ingin dekap
Jantung Pahlawan
Dan berderap
Di jalan-jalan perjuangan ini !!!
-amorphous-
-End 0Ct 2010-
Dan diujung –lebih muara- menatap matanya,
Rasa tersentuh
Seperti terhisap pusaran yang mendadak lumpuhkan kata
Ada jutaan kerlap yang bicara,
Tebar kekhawatiran
Berjejalan prosa-prosa usang nan rentan
Dan disana
Lebih muara lagi kau lihat
Setetes riak hampir menjelma badai
-goresan jiwa-
-2007-
Kalau memang sudah fahami aku
Biarkan kuhias sepi auraku
Aku tak pernah pudarkan rasa
Justru semakin belitku seutuhnya
Aku terperangkap dalam labirin emosi
-goresan jiwa-
-aUgust, 2010-
Adalah sia jika tak beranjak
Masih terdiam dilorong yang sama
Membatu turuti ego yang tak berpaling
Mengukir dua sisi berlawan arah
Inilah realita, kawan
Seringaimu masih tak bergeming
Menyakiti langit pun tidak
Inilah hujan, kawan
Menunggu pun ia enggan
Dalam diam dadamu bergolak
-goresan jiwa-
-sePt, 2010-
Kembali asing menyergap kata
Hanya ingin menerormu jera
Coba bertahan,bosan lalu menghilang
Karna kau hilang, bosan, tak bisa bertahan
Sudikah ?
Untuk sejuta alasan sudikah kau bertahan ?
Relakah ?
Untuk seorang dia kau rela berkorban
-goresan jiwa-
-julY, 2010-
Kaucipta prahara dalam hening
Dalam gelisah yang menggantung, angkuh dan jauh
Berbukit-bukit sesal lalu kau cipta kebodohan
Hingga menantimu akan badai
Berbaris-baris sunyi yang berontak melolong
Tak sudi menjeritkan sebait Tanya
Menanyakan deretan alasan
Mengapa harus senyap sendiri
-goresan jiwa-
-sePt, 2010-
LUKA LAMA
Kisah tergolek lesu
Pada sudut jiwa denyutmu yang bias
Tlah tersesat sekali lagi tersesat
Tak tentu arah hingga kau lelah
Dalam dadamu yang terdalam
Ada sekam yang membara
Dalam diammu yang terdiam
Kau berdiri menyongsong hujan
Ada badai dalam gerimis yang kau jelang
Tak hanya benci dari setiap jurang yang kau gali
-goresan jiwa-
Biarkan kisahku mengukir sejarah
lewat goresan pena yang tak jua berhenti
gejolak lautan yang menjadi tintanya
tak kan pernah menyusut
gelap lautan adalah snyawa khidupan
dasarnya bukan berarti tanpa jiwa
sungguh dalam setiap denyut ombaknya ada cinta
yang memandang biru langitMu dengan senandung prcaya
izinkanku menutupnya dengan kesyahduan
-2005-

about me

bilang ke langit...
aku hanya satu dari
beribu karya-Nya
bilang ke bumi...
aku hanya kecil dari
jutaan kebesaran-Nya
bilang ke semua alam....
tentang aku !!!
yang tak daya
dengan segala alpa...
pada sujud-sujud lima waktu
pada bulir-bulir do'a
pada hari bahagia
pada duka
tentang aku
yang terus berkata-kata
namun, lupa untuk memakna !!
tentang aku
yang berharap ampun
namun, terus terjerat !!
tentang aku
yang tak terjangkau
BAKA segera
rapuh....
pudar....
dan,
hilang.....